Aku dan embek |
Kali ini Aku berkesempatan mendatangi beberapa program pemberdayaan Dompet Dhuafa di Jawa Tengah, tepatnya di Semarang dan sekitarnya. DD Farm yang terletak di Desa Tamanrejo kecamatan Limbangan, kabupaten Kendal jadi salah satu kawasan pendayagunaan zakat yang aku kunjungi.
Begitu sampai, langsung terlihat kandang kambing yang cukup panjang dan punya kuota 1000 ekor domba kambing. Aku pikir enggak ada isinya, ternyata banyak banget, soalnya kandang dan sekitarnya itu bersih, beneran bersih dan enggak berantakan rumput gitu, eeknya kambing pun enggak bikin kotor jalanannya, karena memang dijaga kebersihannya di sini. Tapi sejujurnya ya, bukan cuma kondisi kandangnya yang bersih, tapi kambing-kambingnya itu juga bersih, enggak dekil gitu, lho.
Kandang DD Farm Kendal (Dok. Pribadi) |
Kambing-kambing ini diperuntukkan sebagai hewan kurban, jadinya enggak asal jual, biar pun mereka seekor kambing, tapi tetap melalui proses quality control yang ketat. Mulai dari cek kesehatan kambing dan kesehatan kandangnya. Terus cek juga mereka ini ada yang sakit atau enggak, beratnya ditimbang. Kalau pas penimbangan awal beratnya kurang dari 21,5 kg si kambing enggak lolos untuk kurban, terus enggak boleh sakit atau kondisinya cacat.
Proses penimbangan domba kambing DD Farm Kendal (Dok. Pribadi) |
Kurban di Dompet Dhuafa ini praktis banget menurut aku, kita tinggal pilih mau kurban dengan jenis hewan apa dan berat berapa, terus tranfer deh, dan hewan kurban kita akan dipilihkan yang terbaik lalu saat hari H dagingnya sudah pasti diterima oleh sasaran yang tepat.
Untuk buktinya, nanti kita akan dikirimkan bukti bahwa hewan
kurban sudah disembelih, dan bisa jadi ini kurban kita ada di luar pulau,
misalnya kalian di Jakarta, nah si hewan kurban disembelih dan dibagikan di
Lombok.
Satu lagi yang penting, si kambing nih pasti jantan. Kenapa
jantan? Karena jantan itu punya banyak kelebihan kalau sebagai hewan kurban.
Beneran yang kayak gini enggak bikin kita ribet deh kalau mau berkurban. Buat
yang enggak punya waktu banyak ngurusin pembelian hewan kurban, mendingan
kurban lewat Dompet Dhuafa.
Lanjut yuk ke Sentra jamur Batang di Desa Lebo, kecamatan Warungasem, kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sentra jamur ini tempat budidaya jamur tiram. Jamur-jamur ini dirawat dengan baik di dalam kumbung, kumbung itu bangunan untuk membudidayakan jamur, atau biasa juga disebut rumah jamur.
Bentuk kumbung ini seperti rumah yang isinya barisan rak-rak berisi baglog. Baglog itu media tanam jamur tiram yang bahan utamanya adalah serbuk gergaji. Buat yang belum tahu, jamur tiram itu termasuk jamur kayu.
Baglog jamur tiram yang sudah akan diganti (dok. pribadi) |
Usia jamur yang sudah dipanen itu kurang dari 24 jam di suhu ruang, makanya untuk menambah usia dan nilai, jamur tiram di sini diolah jadi keripik dan kaldu jamur, jamur yang dikeringkan juga ada, biasanya ini untuk pengiriman jarak jauh supaya enggak cepat rusak kondisinya. Sentra jamur di sini dikelola oleh Mbak Dilla dan dua penerima manfaat, mereka jadi petani jamur salah satunya Ibu Urba.
Jamur tiram yang dikeringkan (Dok. pribadi) |
Kaldu jamur tiram olahan Sentra Jamur Batang (Dok. Pribadi) |
Keripik jamur tiram olahan Sentra Jamur Batang (Dok. Pribadi) |
Kumbung di sini ada tiga dan setiap kumbung terisi 10.000 baglog yang bisa menghasilkan 2-3 ton jamur per musim panen. Dari pertama kali tanam, jamur baru bisa dipanen setelah 6 bulan, karena daerah Batang ini tidak terlalu dingin, cukup panas malahan. Meski begitu, jamur yang dihasilkan lebih bagus karena kandungan airnya minim, dibandingkan jamur yang tumbuh di daerah dingin.
Jamur siap panen (DOk. Pribadi) |
Potensi jamur tiram di Batang cukup baik, sementara ini pemasarannya ke Pekalongan dan juga daerah lain di luar Batang, per kg jamur dihargai Rp 12.000 dan satu jika ditotal omzet selama masa panen itu 25 – 30 juta rupiah per kumbung. Ibu Urba menyatakan bahwa sentra jamur batang ini sangat membantu perekonomian keluarganya, kalau lagi puncak masa panen beliau bisa sampai lembur untuk bisa merampungkan pengemasan jamur.
Dua orang petani jamur penerima manfaat, kiri; Ibu Urba (Dok. Pribadi) |
Bagi para pecinta jamur pasti sudah enggak asing sama jamur tiram, bentuknya cantik, lebar putih bersih tetapi rapuh. Selain keripik jamur, jamur tiram juga enak jadi isian nasi bakar dan dijadikan sate jamur.
Nasi bakar isi jamur dan sate jamur (Dok. Pribadi) |
Selain fokus pada hewan dan tumbuhan, Dompet Dhuafa juga fokus ke sumber daya manusia, contohnya itu ada di Sobokartti, ada yang tahu ini apa? Atau rumahnya dekat dengan Sobokartti?
Ya, jadi Sobokartti ini Gedung kesenian yang ada di
Semarang, dia berdiri tahun 1929, Gedung ini memang peninggalan Belanda,
sekarang jadi wadah untuk berbuat baik dan berbudaya. Terus ngapain nih Dompet
Dhuafa perannya?
Jadi, di sini itu program Serambi Budaya Dompet Dhuafa, ada kelas tari, kelas karawitan, ya sejenis itu lah. Dompet Dhuafa memberikan dukungan operasional pada para pelatih di Sobokartti setiap bulan. Terus siapa yang jadi muridnya? Ya siapa saja, untuk tarian tidak ada batasan usia, karawitan juga enggak ada tetapi dibagi tiga kelas, yaitu kelas dewasa, kelas mahasiswa, dan kelas pelajar SD – SMA. Cukup bayar Rp 50.000 setiap bulannya, para murid bisa latihan 8 kali pertemuan.
Penari di Sobokartti (Dok. Pribadi) |
Penyiaran dakwah melalui budaya di Jawa Tengah ini biasanya menggandeng Sobokartti. Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas PGRI Semarang juga kerja sama dengan Sobokartti.
Gedung utama Sobokartti (dok. Pribadi) |
Ngomongin Universitas yang kerja sama, ada lagi nih Universitas yang kerja sama dengan Dompet Dhuafa dan memberdayakan mahasiswa pastinya. Penerima manfaatnya jelas mahasiswa, dari mahasiswa untuk mahasiswa.
UIN Salatiga. Tahun 2016 dengan modal 80 juta rupiah,
didirikanlah sebuah kantin container Dompet Dhuafa. Kantin ini untuk memberikan
beasiswa bagi mahasiswa UIN Salatiga. Karena bentuknya kantin, beasiswanya
tidak dalam bentuk uang tunai langsung, tapi mereka bekerja di sana, mereka
menjaga kantin bergantian sesuai jadwal yang sudah ditetapkan di awal semester.
Kantin kontainer Dompet Dhuafa di UIN Salatiga (Dok. Pribadi) |
Kantin saat ini dikelola oleh 4 orang dan satu orang ibu kantin, iya, tetap ada ibu kantin, beliau bertugas sebagai pengawas atau penjaga tetapnya. Mahasiswa sebagai frontliner dan ibu kantin urusan dapurnya. Karena sedang penyesuaian setelah pandemi, makanya Cuma 4 orang yang bertugas, harusnya ada 10 orang, dan mereka regenerasi per dua tahu. Sampai saat ini sudah ada 30 orang penerima manfaat langsungnya.
Karena harus mengelola kantin kontainer, mahasiswa jadi
belajar kemampuan menjadi wirausaha, kemampuan mengatur waktu antara kuliah
beserta tugas-tugasnya dan mengelola kantin. Penerima manfaat kantin kontainer
ini bukan hanya mereka yang menjaganya, tetapi juga mahasiswa yang menitipkan
dagangannya di kantin.
Pengelolaan kantin sepenuhnya ilakukan oleh mahasiswa,
mereka mendapatkan gaji pokok dan bagi hasil. Tidak sekadar itu, mereka juga
dilatih untuk menyisihkan pendapatannya untuk ditabung dan membayar zakat. Oh,
satu lagi ada tabungan pengembangan, jadi ini tuh kalau sudah bisa mandiri
nanti akan diberikan di tempat lainnya lagi, jadi bisa berbagi dengan
teman-teman mahasiswa lainnya, gitu.
Asal-usul kantin kontainer ini tuh dari mahasiswa yang punya
iwa entrepreneur pada bawa dagangannya ke kampus dan jualan di koridor-koridor
kampus. Pak Rektor kemudian minta untuk dicarikan rekanan untuk memfasilitasi
para mahasiswa tersebut dan bertemulah dengan program Dompet Dhuafa yang satu
ini.
Mereka yang memiliki produk bisa titipkan di kantin, ini
dibagi jadwalnya agar tercipta persaingan yang sehat. Terus, ya, yang bikin
agak kaget, di sini harganya murah-murah, kantin hanya mengambil untuk 10% dari
harga yang diberikan oleh mahasiswa, meski begitu omzetnya mencapai 20 juta per
bulan.
Selain makanan yang murah dan bervariasi karena hampir
setiap hari yang dijual berbeda, kantin kontainer ini bisa jadi tempat
nongkorng yang nyaman. Enak banget buat jadi tempat ngobrol setelah kelas atau
buat tempat nugas.
Suasana kantin kontainer UIN Salatiga (Dok. Pribadi) |
Kalau lagi liburan semester gimana? Enggak ada pemasukan dong?
Eits, tenang, kantin kontainernya memang tutup, tetapai di
sini juga ada food truck. Food truck in ikan sifatnya mobile, jadi kalau libur
semester, mahasiswa tetap bisa buka kantin di luar kampus. Oh ya, untuk jadi
pengelola kantin ini boleh daftar mulai dari semester 3. Kriteria utamanya
adalah mahasiswa yang kurang mampu dan punya kemauan untuk keluar dari
ketidakmampuan.
Menarik sekali program-program pemberdayaan Dompet Dhuafa di
Jawa Tengah ini, semoga semakin meluas hingga pelosok negeri dengan begitu
penerima manfaat juga semakin banyak, hingga terwujudlah pertumbuhan ekonomi
yang signifikan.
Aku dan Mbak Dilla di kumbung jamur |
Komentar
Posting Komentar
Hola, siapa pun anda, terima kasih sudah mampir. Semoga anda membacanya dengan seksama dan dalam tempo secukupnya. Sila tinggalkan komentar