Kemarin, pas hari batik 2 Oktober aku berkunjung ke salah satu lahan wakaf yang dikelola Dompet Dhuafa. Lokasinya di Parung Bogor, daerah Jampang. Di wilayah itu berdiri Smart Ekselensia Indonesia, Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu, Masjid Al Madinah, juga beberapa program lain di wilayah sekitar.
Kalau lihat semua yang diwakafkan rasanya minder, kapan ya bisa wakaf seperti itu?
Nah, kan, kayaknya sudah salah pengertian kalau mikirnya semua begitu. Pada umumnya kita memang selalu berpikir bahwa wakaf itu identic dengan ibadahnya orang kaya, karena biasanya wakaf tanah untuk makam, wakaf bangunan sekolah atau masjid. Jadi yang terlihat selalu dikerjakan dalam bilangan besar. Padahal enggak begitu, dengan Rp 10.000 kita sudah bisa ikut wakaf produktif. Enggak percaya? Nih, ada link GASPOLER.
Dan, kemarin aku diajak keliling di lahan wakaf itu. Pertama keliling Smart Ekselensia Indonesia, bangunannya tingkat. Ada bangunan terpisah yang digunakan sebagai perpustakaan umum, namanya Pusta Sumber Belajar. Tempatnya nyaman untuk baca-baca atau mengerjakan tugas. Di sini mulai dari tingkat SMP sampai SMA. SMP kelas 1 sampai kelas 3, dan SMA semuanya axelerasi jadinya cuma 2 tahun saja.
Pengajar di sana semuanya lulusan S2, insya Allah ilmunya mumpuni. Smart Ekselensia muridnya laki-laki semua, kalau sedang ke sana dan menemukan perempuan, mereka kalau bukan guru, staf, ya mungkin anak magang. Smart Ekselensia Indonesia memang untuk dhuafa, tapi yang diberikan enggak sembarangan. Setiap tahunnya selalu banyak yang mendaftar, namun yang diterima hanya 40 orang anak masing-masing untuk SMP dan SMA.
Semua murid di sini enggak pulang ke rumah, karena disediakan asrama. Mereka diizinkan pulang ke rumah atau kampungnya hanya pada saat libur lebaran Idul Fitri. Untuk semua murid enggak perlu takut kurang peralatan dan perlengkapan sekolah, semua sudah disediakan oleh Dompet Dhuafa, semua kebutuhan dasarnya terpenuhi. Dalam satu bulan mereka mendapat jatah uang jajan Rp 30.000, cukup enggak cukup ya harus cukup, toh semua kebutuhan sekolah dan sehari-hari sudah disediakan oleh Dompet Dhuafa.
Mereka dilatih untuk mandiri, bukan cuma diajarkan akademik, tapi juga kemandirian. Semua murid harus mencuci baju sendiri, menjahit sendiri, dan untuk urusan cukur rambut pun mereka harus bisa, dan saling bantu. Untuk asramanya sendiri terpisah anara asrama kelas 1 dan kelas di atasnya. Untuk yang kelas 1, satu kamar diisi enam sampai tujuh orang. Aku sempat lewat dan lihat kamar mereka rapi sekaliii.
Setelah cukup berkeliling, aku pindah ke sisi seberang, lokasi berdirinya Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu. RS yang memang untuk kaum dhuafa, gratis 100% untuk mereka berobat. Di RS RST ada 83 bed untuk rawat inap, kelihatannya kecil, ternyata cukup banyak kapasitasnya, itu pun masih saja kurang. RS RS RST ini adalah rumah sakit pertama yang dibangun oleh Dompet Dhuafa. Dahulu memang hanya untuk dhuafa, tapi sekarang dibuka untuk umum, BPJS, dan asuransi.
RS yang berdiri di atas lahan seluas 7880 meter persegi ini punya 16 poli, dan belum ada poli jantung, urology, dan kesehatan jiwa. Ada yang agak berbeda dengan RS RST ini disbanding RS lain. Dia enggak terlihat seperti rumah sakit, terus banyak pepohonan. Bahkan dari penggir jalan pun terlihat jelas kalau RS ini dikelilingi pepohonan.
RS RST termasuk RS type C, walau ditujukan untuk kaum dhuafa, tapi tetap memberikan pelayanan yang paripurna. Para dhuafa akan menjadi member dari RS RST, dan bisa berobat kapan saja, enggak ada ketentuan jumlah beobat dalam sebulannya. Jadi, kalau memang harus setiap hari, ya setiap hari ke sana. Tahun 2014, mulai buka layanan untuk peserta BPJS, dan tahun 2019 baru dibuka layanan untuk umum dan asuransi. Jadi, sistemnya dana yang masuk akan kembali dialirkan untuk hal lain, misalnya untuk membantu korban bencana alam.
Berkesempatan juga mengunjungi ruang fisioterapi, poli gigi, juga ruang hemodialisa. Ruang fisioterapi dalam sehari bisa melayani maksimal 100 pasien. Poli gigi punya peralatan yang canggih juga, dan uniknya, posisi kursi pasien menghadap keluar jendela, dengan tujuan supaya pasien lebih tenang melihat pemandangan yang menyejukkan di luar jendela. Pelayanan hemodialisa dari hari Senin – Sabtu, di dalamnya bisa menampung 16 pasien, dalam sehari bisa melayani 28 pasien. Untuk waktu prosesnya sekitar 4-5 jam untuk satu pasien, tergantung dari seberapa berat gangguan fungsi ginjalnya.
Yang membedakan RS RST dengan RS lainnya adalah adanya bimbingan rohani. Ada ustadz yang mengunjungi pasien untuk mendoakannya, pun ada pasien yang belajar ngaji.
Sedikit info, total luas ZOna Madina itu 2.16 hektar, di masjid Al MAdinah ada miniatur Kabah yang biasa digunakan untuk manasik haji. Cukup untuk menampung 1000 orang. Di sebelah kanan masjid ada kantin, dan ada kafe yang baru dibuka. Mas Asmiril sebagai pengelola sosial enterprise, produknya saat ini adalah kopi susu. Kopi-kopinya didapat dari Gayo, Sulawesi Selatan, dan Temanggung. Bentukan koperasi petani kopinya sudah berjalan 3-4 tahun, dan baru beberapa hari mencoba membuat produk minuman kopi susu. Gabungan dari kopi gayo dan kopi temanggung, ditambahkan gula aren dan susu segar. Rasanya enak, warnanya kopi susu, rasanya manis, namun pahitnya kopi masih sangat terasa.
Kopinya ini dikelola sendiri, enggak pakai pengawet, jadinya enggak bisa tahan lama. Kalau di suhu ruang hanya bertahan selama 2 hari, dan di dalam pendingin bisa bertahan 4-5 hari. Kalau habis beli, jangan simpan di freezer, nanti akan beku dan merusak susu. Harga satu botolnya Rp 16.000, kalau untuk reseller Rp 14.000 dengan pembelian minimal 50 botol. Kalau mau beli langsung ke sana juga bisa, tapi setiap harinya hanya akan tersedia kurang dari 50 botol. Kalau mau coba, bisa kontak langsung Mas ASmiril di 081385093605.
Tunggu apa lagi? Yuk, jadi bagian wakaf produktif.
Tunggu apa lagi? Yuk, jadi bagian wakaf produktif.
Komentar
Posting Komentar
Hola, siapa pun anda, terima kasih sudah mampir. Semoga anda membacanya dengan seksama dan dalam tempo secukupnya. Sila tinggalkan komentar