(dokpri) |
Pernah dengar Save the Children?
Kalau belum, kita kenalan dulu, ya. Jadi, Save the Children ini organisasi anak independen terkemuka yang berasal dari Inggris. Save the Children didirikan tahun 1919 oleh Eglantyne Jebb sebagai respon kemanusiaan setelah Perang Dunia I. Dan anak-anak yang terkena dampak pada Perang Dunia I itu.
Deklarasi Hak Anak pertama kali dibuat tahun 1923 dan dilakukan oleh Save the Children, kemudian diadopsi deh oleh PBB, terus tahun 1990 jadi hukum internasional. Save the Children sendiri punya visi menciptakan sebuah dunia di mana setiap anak mendapatkan pemenuhan hak atas kelangsungan hidup, perlindungan, pengembangan dan partisipasi.
Untuk misinya sendiri, Save the Children menginspirasi lahirnya terobosan baru tentang bagaimana dunia seharusnya memperlakukan anak-anak dan untuk mencapai perubahan-perubahan yang langsung dan berkesinambungan dalam kehidupan mereka. Akuntabilitas, Ambisi, Kolaborasi, Kreativitas, dan Integritas adalah nilai-nilai yang diterapkan Save the Children pada setiap kegiatannya.
Yayasan Sayangi Tunas Cilik di Indonesia, adalah mitra Save the Children untuk membantu menjalankan berbagai program yang terkait dengan pemberdayaan hak anak di Indonesia. Sejak Mei 2015, Yayasan tersebut mulai beroperasi penuh menjalankan berbagai program kerja dan penggalangan dana. Organisasi ini mandiri secara finansial dalam mengupayakan pemenuhan hak-hak anak di Indonesia.
Telah bekerja di 11 Provinsi, 79 Kabupaten, 701 Kecamatan dan 918 Desa. Dampaknya langsung dirasakan 305.458 anak dan 247.049 orang dewasa. Sebagai mitra, Yayasan Sayangi Tunas Cilik juga terus mendapatkan dukungan pengembangan kapasitas dari pakar Save the Children.
Nah, bahas Save the Children, tanggal 18 Agustus kemarin ada campaign kesehatan pada anak yang membahas "Pneumonia pada Anak". Acara yang mulai pagi-pagi banget di Kota Tua Jakarta itu menyajikan pertunjukan tari. Sebagian adalah mereka yang berlatih, dan sebagian baru ikut menari saat itu juga. Tariannya itu Cokek, tahu, kan? Tarian persembahan untuk menyambut tamu, tapi tarian ini sempat memiliki kesan negatif di masyarakat. Aku enggak ikutan menari, cukup menikmati pertunjukkannya saja dan sesekali mengabadikannya dengan kamera di ponsel. Tarian dilakukan beberapa kali, cukup menghibur dan menarik minat para pengunjung pagi itu.
Penari Cokek (dokpri) |
Pneumonia, radang pada paru atau biasanya disebut paru-paru basah. Penyakit yang rentan banget dialami bayi atau anak-anak di bawah usia lima tahun. Gejalanya itu batuk, demam, pilek, terus napasnya cepat atau seperti sulit menarik napas. Tapi kalau ada gejala kayak gitu, jangan mendiagnosa sendiri, buruan cek ke dokter, karena bahaya kalau kita mendiagnosa sendiri.
Sesak napas pada anak itu ada hitungannya, kalau jumlah tarikan napas yidak sesuai denfan usianya, barulah patut dicurigai. Pneumonia kalau enggak ditangani dengan tepat, bisa menyebabkan gangguan serius pada anak, bahkan bisa berakibat fatal. Bakteri, jamur, dan sejumlah virus bisa menjadi penyebab pneumonia. Dan, bahkan virus flu juga bisa memicu pneumonia pada anak. Segitu bahayanya, Ges.
(dokpri) |
Kenapa ini menyerang anak-anak? Karena sistem imunitas pada anak itu masih lemah, jadi rentan banget deh kena virus yang membuat infeksi. Infeksi yang lama kelamaan bisa menyebar ke paru-paru. Siapa saja, sih yang berisiko tinggi terkena pneumonia?
1. Bayi yang enggak dapat ASI.
2. Anak yang kurang gizi.
3. Anak-anak dengan HIV.
4. Anak yang terkena infeksi campak.
5. Tidak mendapatkan imunisasi.
6. Bayi yang lahir prematur.
(difotoin Riyardi Arisman) |
Pneumonia jelas banget bisa dicegah, yang pasti asupan gizi terpenuhi, imunisasi lengkap, dan menerapkan gaya hidup sehat dan bersih. Pneumonia bisa menyerang siapa saja, jangan sepelekan jika ada ciri pneumonia pada anak anda.
Komentar
Posting Komentar
Hola, siapa pun anda, terima kasih sudah mampir. Semoga anda membacanya dengan seksama dan dalam tempo secukupnya. Sila tinggalkan komentar