Tanaman daun sirih (dokpri) |
Karakter cuaca di Indonesia itu kan tropis, ya, jadinya kita punya dua musim, panas dan hujan. Dulu sih sudah jelas banget kapan terjadinya dua musim itu. Musim hujan pasti terjadi di bulan Oktober sampai Maret, dan musim panas terjadi di bulan April Sampai September. Sayangnya, beberapa tahun terakhir musim ini waktunya bergeser, dan sering berubah-ubah seiring terjadinya perubahan iklim.
Perubahan iklim itu bukan lagi permasalahan satu daerah atau kota, tapi seluruh dunia, di Indonesia itu dampaknya lumayan terasa, apalagi yang tinggal di pesisir pantai. Dampak dari perubahan iklim ini kan salah satunya batas air laut naik, jadi yang tinggal di wilayah pesisir harus waspada sama banjir, daratannya juga jadi makin sempit, karena lautnya meluas.
Perubahan iklim bisa terjadi karena efek gas rumah kaca atau biasa juga disebut emisi gas rumah kaca. Paling mudah terlihat itu peristiwa kebakaran hutan, pembakaran gambut, juga penggundulan hutan. Paham lah ya itu kenapa bisa terjadi? Perluasan lahan perkebunan, perluasan pemukiman juga bisa, paling parah itu kebakaran hutan tahun 2015, kabutnya sampai berbulan-bulan, wilayah sekitar dan negara tetangga sulit dapat udara bersih.
Sebagai anak muda, generasi penerus bangsa, kita harus jadi bagian dalam #TeamUpForImpact dari perubahan iklim yang terjadi. Mungkin kita tidak bisa menghentikan, tapi kita bisa memperlambat dampaknya. Suhu saat ini saja sering membuat kita mengeluh, panas, pengap, cuaca enggak jelas, tubuh juga jadi rentan sakit. Bukan karena lemah, tetapi karena harus cepat beradaptasi dengan kondisi cuaca yang tak menentu.
Aku sendiri merasakan banget dampak dari perubahan iklim ini, di cuaca lebih tepatnya. Beberapa waktu lalu, karena kondisi cuaca yang panas dan hujan juga suhu naik turun, kondisi tubuh agak melemah, ditambah berada pada kondisi pandemi seperti ini. Hampir satu bulan Aku bermasalah dengan hidung dan tenggorokan, ”nikmat” sekali rasanya.
Satu hal lagi dampak yang terjadi dari perubahan iklim, Aku tidak terlalu bersemangat lagi untuk ke daerah pantai atau laut. Dampak naiknya air laut mungkin tidak terlalu terlihat, tapi ya takut saja rasanya, takut ada peristiwa lain yang terjadi, apalagi jika saat itu sedang hujan.
Hal lain yang terlihat banget di sekitar itu pepohonan sudah tidak sebanyak dahulu, 20 tahun lalu masih banyak lahan yang isinya pohon-pohon besar, sekarang masih ada lahannya namun pepohonannya sudah tidak ada, entah berubah jadi lapangan untuk olahraga, atau hanya dipagari saja sebagai tanda kepemilikan.
Kalau kita diam saja enggak ada pergerakan, mungkin 10-20 tahun mendatang kondisi bumi sudah sangat mengkhawatirkan. Suhu udara pasti akan naik tetapi menjadi lebih cepat karena kita kurang peduli dalam memperlambat dampak perubahan iklim, sekarang suhu udara harian antara 27-33 derajat celcius.
Kapan kita harus bergerak? Oh, tentu secepatnya, sedini mungkin. Bukan lagi saatnya mencari siapa yang salah, tapi sekarang adalah saatnya bekerja sama, bergandengan tangan untuk menjaga masa depan bumi. Kita saling tahu bahwa pepohonan semakin berkurang, sulit rasanya kalau kita ingin membuka hutan baru, mulailah dari rumah, memelihara tanaman-tanaman kecil dalam pot, jika suka bunga ya tanam lah bunga-bunga yang bisa menyegarkan pandangan. Bukankah sejuk sekali mata jika melihat penghijauan?
Tanaman pandan (dokpri) |
Hal mudah lainnya yang bisa kita lakukan adalah, saat belanja bawa tas belanja dari rumah atau belanjaannya dikemas pakai kardus saja. Kalau hanya belanja sedikit keperluan, Aku biasanya bawa tas belanja dari rumah, bahkan saat bepergian pun Aku bawa saja siapa tahu akan belanja sesuatu selama di perjalanan demi #UntukmuBumiku. Untuk belanja yang cukup banyak atau belanja bulanan, biasanya Aku memilih kardus untuk mengemasnya, lebih mudah pula meletakkannya di bagasi, kardusnya bisa untuk mengemas barang lain di rumah atau dimanfaatkan untuk hal lain.
Tas belanja (dokpri) |
Kelihatannya sepele ya? Hanya hal kecil yang apalah. Tapi coba bayangkan ada 1000 orang yang tidak menggunakan kantong plastik untuk membawa belanjaannya, bukankah 1000 kantung plastik itu tidak bisa dibilang sedikit?!
bukan hanya sampah yang dihasilkan, tetapi dari awal pembuatannya, kantung plastik sudah menyumbang emisi yang lumayan sekali.
Ini hal termudah yang bisa kita lakukan,
yuk, dimulai dari diri sendiri. Iya, dari kamu, maunya berkontribusi yang bagaimana.
Terima kasih tipsnya menjaga lingkungan mudah diaplikasikan
BalasHapus