Pernah tahu KJSA enggak?
Difotoin Imawan |
KJSA itu Kalbe Junior Scientist Awards, jadi ini ada setiap tahun gitu dan tahun ini KJSA Goes Digital, program ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu gitu. Pesertanya siswa-siswi tingkat SD dan SMP se-Indonesia. Setiap tahun ada ratusan siswa dari ratusan sekolah di Indonesia yang ikutan daftar KJSA. KJSA itu lomba karya sains nasional, memang khusus buat anak SD dan SMP.
Kebayang enggak, sih, anak SD dan SMP gitu sudah ikut lomba karya sains kayak gitu?! Aku dulu ngapain coba zaman SD-SMP paling cuma doyan baca buku dan beli majalah anak-anak, terus nonton kartun. Tapi ini mereka sudah melakukan penelitian kecil gitu, lah, ya. Kalau misalnya kita mau cari atau lihat karya sains anak SD-SMP itu banyak yang keren-keren gitu, loh, sampai mikir, "Kok aku enggak kepikiran, ya, buat bikin kayak gitu."
Nah, si KJSA ini di diselenggarakan oleh PT Kalbe Farma Tbk sebagai bentuk komitmen untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap ilmu pengetahuan sejak dini. Ini tuh, kayak ngajarin buat berpikir kreatif, kalau misalnya ada masalah dia bisa mikir gimana, ya, caranya memecahkan masalah secara logika?!.
Lalu, sekarang kita sudah masuk di revolusi industri 4.0, makanya di sini karya sains itu lombanya memanfaatkan unsur teknologi digital di dalamnya, keren banget, kan, jadi mereka memadukan antara sains dan teknologi. Hal seperti itu sebenernya sudah ada banyak banget, bisa kita cek di YouTube, kayak bikin keyboard pakai media apa saja selama bisa menghantarkan listrik.
Terus tadi aku ke acara peresmian dibukanya KJSA 2019 Goes Digital, nah ini tadi ada dua sesi pembicara, sesi pertama narasumbernya ada dua, Bapak Onno W. Purbo yang seorang pakar IT dan juga salah satu juri KJSA 2019 dan lagi itu Bapak Dewis Akbar, beliau ini pengajar anak-anak di Garut tentang teknologi informasi dan juga pendiri lab komputer mini. Acara ini dimoderatori oleh MC cantik Mbak Asta Dewanti yang di awal acara juga ada sambutan dari direktur PT Kalbe Farma Tbk Bapak Pre Agusta Siswantoro.
Sesi pertama ini Pak Onno menyampaikan bahwa berkarya itu mudah, loh, yang penting itu ada tiga hal, pertama sumber referensi, lalu tempat berkarya, dan tools untuk berkarya.
(Ki-ka): Bapak Onno W. Purbo, Bapak Dewis Akbar, dan Mbak Asta Dewanti (dokpri) |
Seperti yang dilakukan Pak Dewis di Garut, sebenarnya kalau aku lihat yang diajarkan itu enggak rumit. Iya memang untuk anak-anak tapi sebenarnya enggak mudah juga, sih, karena aku juga belum tentu bisa dan cepat paham. Hehehe. Dan, di sini Pak Dewis itu memberanikan diri mencoba mendidik anak-anak di Garut itu untuk melek teknologi. Beliau selalu bawa peralatan sendiri, yaitu komputer mini, dia fisiknya itu kecil gitu untuk dibawa ke mana-mana, beliau kemas dalam kotak donat, iya, kotak donat yang di warung-warung itu, biar mudah dibawa-bawa.
So, buat para orang tua atau yang mau ngajarin ke anak-anak bisa coba pakai SCRATCH di google search aja SCRATCH MIT. Lamannya itu warna-warni, memang didesain buat anak-anak. Untuk belajar itu sendiri kalau untuk anak-anak, kan, jarang ada ya sekolah yang kurikulumnya memasukkan pembelajaran IT. Nah, kalau misal mau belajar bisa juga lewat kursus atau lewat forum. Kalau di kursus itu, kan, pasti ada gurunya, nih, cuma dia bukan pendidikan formal. Nah, kalau di forum itu ibaratnya kita kayak belajar sendiri ya, bukan otodidak tapi disebutnya itu termasuk dalam kita belajar sendiri gitu. Orang-orang yang ada di forum-forum itu, kan, biasanya lengkap, dari orang yang baru mau mulai sampai pakarnya ada di situ.
Terus tadi juga sempat diputar video anak-anak KJSA dari tahun-tahun yang lalu. Aku antara bangga dan haru, bangganya itu karena mereka di usia segitu kepikiran buat bikin sesuatu gitu, buat hal yang berguna. Mereka meneliti untuk memecahkan masalah, dan mencari solusinya dari sains dan teknologi. Ada satu yang bikin bangga banget karena dengan KJSA ini dia bisa menginjakkan kakinya di Jakarta dan merasakan naik pesawat, terus bisa ketemu Menteri Pendidikan saat itu. Anak-anak KJSA layak mendapatkan penghargaan dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Sesi kedua ada salah satu juri KJSA 2019 juga Bapak Nurul Taufiqu Rochman yang seorang Peneliti Utama/Profesor Riset di Pusat Penelitian Fisika LIPI dan Ketua Juri KJSA 2019, Melina Karamoy (Head of Corporat Communication and Sustainability PT Kalbe Farma Tbk), dan salah satu alumni KJSA 2011 yang sekarang sudah diterima di University of California, Berkeley namanya Fira Fatmasiefa.
(Ki-ka): Ibu Melina Karamoy, Fira Fatmasiefa, Bapak Nurul Taufiqu Rochman, dan Bapak Pre Agusta (dok. Imawan) |
Waktu itu dia bikin penemuan yang diberi nama Wet Alarm for Baby, dia berdua sama adiknya membuat alat tersebut. Kenapa Fira dan adiknya bisa kepikiran untuk membuat wet alarm for baby?
Jadi diceritakan kalau ini idenya berasal dari masalah yang dialami guru mereka. Anaknya itu sering sakit karena kalau pakai popok jadi ruam dan membasahi tubuh, menyebabkan si adik bayi sampai sakit dan ibu gurunya jadi jarang masuk. Akhirnya Fira sama adiknya membuat alat yang akan berbunyi kalau popoknya sudah basah. Kenapa sampai lalai? Orang tuanya masa enggak tahu?
Gini, lho, si adik bayi ini enggak nangis kalau popoknya sudah basah, seperti ngompol di malam hari, ini si adik bayi enggak nangis, jadinya sampai pagi dia basah kena ompol. Ini yang memberikan ide buat Fira dan adiknya membuat alat tersebut. Fira sama Pras itu penelitian dan penemuannya sudah cukup banyak, penghargaan yang mereka terima juga banyak.
Sebenarnya banyak banget anak-anak di Indonesia yang mampu untuk menjadi seorang penemu. Nah, kalau misalnya kalian punya adik, ponakan, anak, atau siapapun itu yang usia SD dan SMP, punya bakat di bidang sains dan teknologi. Coba suruh ikutan daftar KJSA 2019, pendaftarannya masih dibuka sampai 15 September 2019. Karya-karya yang didaftarkan itu yang pasti karya sendiri dan belum pernah dilombakan. Mereka siswa-siswi SD kelas 4 - 6 dan SMP kelas 7 - 9.
Karya yang didaftarkan bisa yang sudah jadi dan bisa juga yang masih berupa rancangan, tapi karyanya nanti pas presentasi itu bisa direalisasikan, kemudian karyanya yang mau dibuat ini harus sudah menggunakan teknologi digital, atau ada kemungkinan untuk dikembangkan menggunakan teknologi digital. Mendaftarkan diri atas nama sekolah atau lembaga bimbingan atau kursus gitu, yang lolos nanti akan dapat mentoring untuk diberikan perbaikan atau penyempurnaan dari karya yang dipresentasikan.
Pendaftaran karyanya harus mengikuti template yang disediakan panitia, terus dikirim ke alamat email atau registrasi online. Nantinya akan ada 10 pemenang, 5 pemenangnya dari SD dan 5 nya lagi dari SMP. Nah, kalau misalnya ada di luar kota, itu bakal diundang ke Jakarta dan hadiahnya itu luar biasa.
Juara 1 - Rp 15 juta
Juara 2 - Rp 12.5 juta
Juara 3 - Rp 10 juta
Juara 4 - Rp 7,5 juta
Juara 5 - Rp 7,5 juta
Guru pendamping yang diundang ke Jakarta juga dapat masing-masing Rp 3 juta. Terus masih ada 5 finalis SD dan 5 finalis SMP yang enggak diundang ke Jakarta, mereka masing-masing dapat Rp 5 juta. Lumayan banget, kan, hadiahnya buat mengembangkan lagi penelitian-penelitian berikutnya. Buruan cek-cek infonya di www.kalbe-kjsa.com
(dokpri) |
Komentar
Posting Komentar
Hola, siapa pun anda, terima kasih sudah mampir. Semoga anda membacanya dengan seksama dan dalam tempo secukupnya. Sila tinggalkan komentar