Langsung ke konten utama

YBM PLN: Mengangkat Martabat Kaum Marginal di Jakarta

Segala hal di dunia ini punya dua sisi sisi, yang kita suka dan sisi yang kita enggak suka. Sisi yang bisa diterima dan sisi yang bikin gondok. Kalau ngomongin kayak gini jadi inget kemarin yang kasus PLN mati listrik seharian, bahkan di beberapa wilayah lebih dari 24 jam total mati listriknya. Ini kita bahas kasus kemarin ya, bukan di daerah-daerah yang belum ada listrik atau listrik yang dijatah cuma 12 jam, itu lain cerita. 

Enggak jarang sih, aku sebal banget sama PLN. Misalnya biaya abondemen naik terus, tarif listriknya naik terus, pengaduan juga ribet banget, dan kalau ngomongin PLN, aku yakin bakal banyak banget pro - kontra, ya. Secara PLN itu masih monopoli di Indonesia karena produk substitusi itu masih mahal banget. PLN ini yang masih terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Nah, itu tadi jelek-jeleknya PLN, tapi untuk baiknya PLN itu punya yang namanya Yayasan Baitul Mal (YBM), ini semacam program CSR dari PLN untuk masyarakat. Salman Alfarisi selaku Deputi Direktur YBM PLN menyampaikan bahwa, YBM PLN sebagai lembaga pengelola zakat di lingkungan PT PLN persero telah berkhidmat mengangkat harkat dan martabat sosial kemanusiaan kaum dhuafa di bidang pengentasan kemiskinan, juga turut mengambil peran dalam usaha meningkatkan kualitas hidup manusia di Indonesia melalui program-program ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, dan dakwah. 

(ki-ka): Salman Alfarisi - Deputi Direktur YBM PLN, Bhima Yudhistira - Peneliti INDEF, Dr. Mariana, M. Si. - Sekretaris Dinas Sosial DKI Jakarta, Sabeth Abilawa - Pengurus IAEI Jakarta, dan M. Chozin Amirullah - Pegiat sosial Turun Tangan.
(dokpri)

Kontribusi kepada negara itu salah satunya memberikan bantuan-bantuan ke kaum marginal yang ada di Jakarta. Enggak usah kaget, di Jakarta masih cukup banyak kaum marginal. Hanya saja yang diekspos itu selalu sisi Metropolitan ibu kota. Kenyataannya di Jakarta, tepatnya Jakarta bagian utara itu banyak banget kaum marginal di sana.

Dari data buku Peta Kinerja Pemberdayaan Masyarakat di DKI Jakarta, pada tahun 2018 YBM PLN ini sudah menyalurkan dana ZISWAF (zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf) sebesar Rp 17,37 miliar, yang terkumpul dari para Muzakki dan donatur. Dana tersebut disalurkan ke 49.534 jiwa penerima manfaat, yang terdiri dari 35.705 penerima manfaat program sosial kemanusiaan, 5.500 jiwa penerima manfaat program kesehatan, 5.064 jiwa penerima manfaat program pendidikan, 1.654 jiwa penerima manfaat program ekonomi, dan 1.615 jiwa penerima manfaat program dakwah.

Buku (dok. Deny Oey)

Itu tadi total yang ada di DKI Jakarta, untuk Jakarta Utara sendiri ada sebanyak 10.541 jiwa yang menerima manfaat, dan menurut datanya di Jakarta Utara ini menjadi jumlah penerima manfaat terbesar dari keseluruhan DKI Jakarta. Data dari UPT (Unit Pelaksana Teknis) Dinas Sosial DKI Jakarta bulan Januari 2019, mendata bahwa jumlah anggota rumah tangga miskin terbanyak ada di Jakarta Utara, yakni 441.305 jiwa. Jika dipersentasekan menjadi 2,39% penduduk miskin di Jakarta Utara itu adalah penerima manfaat YBM BRI.

Kita tahu lah ya, APBD Jakarta itu setiap tahun meningkat dan paling besar jumlahnya. Dan, pengentasan kemiskinan di Jakarta selain dari APBD, pun dari APBN. Seharusnya, Jakarta sudah terbebas dari kemiskinan kota. Bukan begitu?!

Dari data Dinas Sosial DKI tercatat bahwa, pada September 2017 angka kemiskinan sebesar 3,78%. Sedangkan, pada September 2018 tercatat sebesar 3,55%. Itu artinya selama satu tahun ada penurunan angka kemiskinan sebesar 0,23%. Sampai saat ini masih menjadi angka terendah, diharapkan tahun-tahun berikutnya terus menurun. Di sinilah salah satu peran penting lembaga ZISWAF seperti YBM PLN. Karena setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Mencakup pangan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi, dan pendidikan.

Keadilan sosial menjadi salah satu janji politik yang harus ditunaikan saat sudah menduduki kursi jabatan. Dan mengangkat kualitas hidup, harus dari bawah, dari pinggiran, dari yang paling lemah. Bukan fokus pada yang sudah sanggup "berlari". Lembaga ZISWAF bisa ikut membantu mengangkat sisi-sisi yang lemah, untuk bisa menjadi setara dengan yang sudah kuat. Supaya tujuan kesejahteraan tercapai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sikap Teladan dari Perjalanan Karier Politik Mahfud MD

Mahfud MD (dok. Google) Melihat berita yang sedang hangat beberapa waktu ini, santer sekali nama Mahfud MD dikumandangkan. Bukan baru namanya aku dengar, beliau cukup hits di kalangan anak muda. Beberapa kali melihat tayangan pria kelahiran Sampang 13 Mei 1957 ini diwawancara atau mengisi sebuah acara, selalu kagum dengan caranya menyampaikan pesan. Beliau ini jujur dan berani dalam mengungkapkan atau membongkar kasus. Seru sekali, seperti sedang menonton film-film detektif. Tahun 2023, sebentar lagi menuju akhir tahun dan kita akan bertemu dengan 2024. Tahun di mana akan ada pesta rakyat terbesar, iya, pemilihan umum pemimpin negara. Hiruk-pikuknya sudah begitu terasa saat ini. Sejujurnya masih entah soal para bakal calon, masih belum bisa dipastikan siapa saja yang akan maju. Tapi satu yang pasti, hak suara harus tetap digunakan, cuma satu, tapi berarti besar. Salah satu bakal calon sudah diumumkan, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Siapa yang enggak tahu mereka? Sudah seperti

Begini Liburan yang Menakjubkan dan Nyaman

Enggak terasa kayaknya tahun baru 2017 baru kemarin, eh, sekarang sudah menjelang liburan akhir tahun, ya. Temans mau ke mana saja, nih? Sudah rencana liburan ke suatu tempat? Atau mau di rumah saja dan mengunjungi lokasi terdekat? Tapi pasti sudah banyak yang persiapan ke luar kota atau ke luar negeri. Kalau aku, sih, masih pilih liburan di dalam negeri saja, punya passport sudah dua tahun dan masih bersih. Hmmm. Bebas, ya, mau liburan di mana saja dan ke mana saja asalkan sama kamu, iya kamu. Uwuwuw.

Perempuan Tangguh untuk Asian Games 2018

Difotoin: Utie Adnu "Terserah kamu, deh, lakukan saja yang kamu mau. Hidup kamu, kan, kamu yang jalanin dan rasakan semuanya." "Iya, sih, tapi, kan, enggak semua orang..." "Udah, ya, selesai. Cukup, aku enggak mau tahu lagi, ini yang terakhir aku ingatkan kamu."