Langsung ke konten utama

Kesehatan Raga Harus Diimbangi Kesehatan Jiwa


Sekarang tanggal 11 Oktober, berarti baru sehari berlaku hari peringatan Kesehatan Jiwa Sedunia. Baru tahu? Iya, sama, ada harinya ternyata. Berarti segitu pentingnya masalah kesehatan jiwa.


Kalau bicara kesehatan mental, ini bisa menyerang siapa saja, enggak pandang usia dan latar belakang. Karena di zaman teknologi canggih gini rentan banget untuk urusan kesehatan mental. Kalau dibilang orang yang memiliki gangguan mental itu adalah orang yang hidupnya susah, orang yang salah gaul, dan hal negatif lainnya, maka semua itu enggak tepat. Karena masalah kesehatan mental bisa datang kepada siapa saja.

(dokpri)

Seorang anak misalnya, kehidupan di dalam rumah cukup bagus, tidak pernah melihat orang tuanya berantem, atau dia selalu akur dengan saudara kandungnya. Itu enggak lantas bisa dikatakan mentalnya sehat, kita rnggak tahu kalau di sekolah dia mengalami bullying, atau melihat peristiwa-peristiwa negatif dari penggunaan internet yang memengaruhi cara dia berpikir.

Orang-orang yang rentan dengan masalah kesehatan jiwa itu biasanya yang punya masalah fisik, mental, kualitas hidup, dan beberapa hal lain yang menimbulkan risiko gangguan jiwa. Untuk gangguan jiwa sendiri ini semacam perubahan perilaku yang akhirnya jadi hambatan bagi dirinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai manusia. Gangguannya ini kumpulan dari pikiran, perilaku, dan perasaan.

Data dari tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 11,6% dan paling rendah adalah 1,2% di Lampung. Sebanyak 6% prevalensi gangguan mental adalah usia di atas 15 tahun. Dan, fakta WHO tahun 2018 adalah, bunuh diri merupakan penyebab nomor dua kematian pada usia 15-29 tahun. 

Nah, kenapa di usia itu? Karena anak muda atau remaja adalah masa di mana melewati banyak sekali peristiwa atau kejadian, baik dari segi pencapaian prestasi atau bahkan sampai penindasan. Kalau bicara gangguan mental hingga bunuh diri, berarti sudah masuk ranah peristiwa negatif.

Jika usia tersebut adalah juga penyandang disabilitas, semakin besar peluang dia mengalami depresi, iya, karena keterbatasannya. Sebanyak 300 juta orang mengalami depresi, itu angka WHO tahun 2018. Sedangkan di sisi lain ada 60 juta orang menderita gangguan bipolar. Bipolar itu gangguan kejiwaan seseorang seperti memiliki dua kutub berbeda, ketika senang atau sedih dia akan sangat berlebihan. Itu sama sekali enggak keren, si penderita merasa sangat tersiksa dengan kondisinya itu. Belum lagi gangguan jiwa seperti skizofrenia dan jenis psikosis lainnya yang diderita sekitar 32 juta orang di dunia. Demensia, kemerosotannya semua kegiatan pikiran karena kerusakan atau penyakit pada otak ini diderita sekitar 50 juta orang di dunia. 

Berdasarkan UU No. 18 tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, menral, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Ki-ka: dr. Eka Viora, Sp.KJ - Ketua PDSKJI Pusat, Dr. dr. Fidiansjah , Sp.KJ., MPH. - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan RI, dan Indra Rizon, SKM., M.Kes. - Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. (dokpri)

Kita tahu banget, nih, kalau sekarang mayoritas orang menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berselancar di dunia maya apapun bentuknya. Kejahatan cyber itu lebih bahaya sebenarnya, karena dia enggak nyerang fisik melainkan langsung menyerang psikologi seseorang. Kasus seperti ini yang membuat para orang tua seharusnya bisa mendampingi dan menjawab kebutuhan remaja, jangan sampai pa yang didapat dari internet dipelajarinya sendiri dan ditelan mentah-mentah.

Bagi remaja yang berhasil melewati dan menjawab tantangan zaman yang seperti itu, dia akan baik-baik saja dalam hidupnya, tapi gimana kalau enggak kuat? Ya, itu tadi, berakhir pada masalah kesehatan jiwa, yang kalau enggak dideteksi dn ditangani sedini mungkin, efek jangka panjangnya adalah gangguan jiwa. Kita lihat seseorang baik-baik saja ternyata dia LGBT, terlihat tidak ada masalah tiba-tiba ditemukan sudah tidak bernyawa karena memilih bunuh diri, atau kita lihat ada remaja yang pendiam ternyata dia kecanduan pornografi yang tingkat kerusakan pada otak sama beratnya dengan kecanduan napza.

Timbulnya gangguan kejiwaan ini ada dua faktor, pertama itu faktor individu, dimana seseorang mengalami ketidakmampuan mengelola pikiran, emosi, perilaku, dan interaksi dengan orang lain. Faktor kedua adalah sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan, artinya terjadi kurangnya dukungan komunitas,  kondisi kerja yang tidak kondusif, juga standar hidup.

Kesehatan jiwa enggak bisa disepelekan, ini masalah masa depan suatu bangsa, ketika penduduknya memiliki jiwa yang sehat, maka kemajuan suatu bangsa bisa terus dipertahankan, tapi kalau semakin banyak yang menderita gangguan kejiwaan, artinya masa depan bangsa juga terancam.

Jadi, gimana?

Jiwa kamu sehat atau agak goyang? Coba konsultasi enggak ada salahnya, lho, jangan mendiagnosa sendiri, itu malah bahaya.

Komentar

  1. Gangguan kejiwaan itu memang nyata adanya. Sayangnya byk di antara kita yg malah menyudutkan atau mengabaikan hingga telanjur parah.

    BalasHapus
  2. Gangguan jiwa pada usia muda karena kecanduan gadget .

    Semoga diberikan kesehatan jiwa dan raga terus sama Allah

    BalasHapus
  3. Gangguan jiwa emang ada dan nyata ya, berasal dari diri sendiri juga. Semoga selalu sehat jiwa dan raga

    BalasHapus
  4. Wow hari kesehatan jiwa ada juga ternyata ya. Baru tahu malahan,brrarti emang sepenting itu deh betapa kesehatan jiwa seseorang itu harus diperhatikan banget. Jaman now kecanduan sm gadget semoga bukan masuk kategori kesehatan jiwa ya

    BalasHapus
  5. Masalah gangguan kesehatan jiwa saat ini kian rentan terjadi terlebih di era masyarakat, kestabilan emosi kian sulit terkendali. Jika mememui org terdekat sudah saatnya untuk dirangkul dan dengarkan kegundahannya

    BalasHapus
  6. Gangguan jiwa pada usia muda memang ada di mana2 skrg

    BalasHapus

Posting Komentar

Hola, siapa pun anda, terima kasih sudah mampir. Semoga anda membacanya dengan seksama dan dalam tempo secukupnya. Sila tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Sikap Teladan dari Perjalanan Karier Politik Mahfud MD

Mahfud MD (dok. Google) Melihat berita yang sedang hangat beberapa waktu ini, santer sekali nama Mahfud MD dikumandangkan. Bukan baru namanya aku dengar, beliau cukup hits di kalangan anak muda. Beberapa kali melihat tayangan pria kelahiran Sampang 13 Mei 1957 ini diwawancara atau mengisi sebuah acara, selalu kagum dengan caranya menyampaikan pesan. Beliau ini jujur dan berani dalam mengungkapkan atau membongkar kasus. Seru sekali, seperti sedang menonton film-film detektif. Tahun 2023, sebentar lagi menuju akhir tahun dan kita akan bertemu dengan 2024. Tahun di mana akan ada pesta rakyat terbesar, iya, pemilihan umum pemimpin negara. Hiruk-pikuknya sudah begitu terasa saat ini. Sejujurnya masih entah soal para bakal calon, masih belum bisa dipastikan siapa saja yang akan maju. Tapi satu yang pasti, hak suara harus tetap digunakan, cuma satu, tapi berarti besar. Salah satu bakal calon sudah diumumkan, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Siapa yang enggak tahu mereka? Sudah seperti

Begini Liburan yang Menakjubkan dan Nyaman

Enggak terasa kayaknya tahun baru 2017 baru kemarin, eh, sekarang sudah menjelang liburan akhir tahun, ya. Temans mau ke mana saja, nih? Sudah rencana liburan ke suatu tempat? Atau mau di rumah saja dan mengunjungi lokasi terdekat? Tapi pasti sudah banyak yang persiapan ke luar kota atau ke luar negeri. Kalau aku, sih, masih pilih liburan di dalam negeri saja, punya passport sudah dua tahun dan masih bersih. Hmmm. Bebas, ya, mau liburan di mana saja dan ke mana saja asalkan sama kamu, iya kamu. Uwuwuw.

Perempuan Tangguh untuk Asian Games 2018

Difotoin: Utie Adnu "Terserah kamu, deh, lakukan saja yang kamu mau. Hidup kamu, kan, kamu yang jalanin dan rasakan semuanya." "Iya, sih, tapi, kan, enggak semua orang..." "Udah, ya, selesai. Cukup, aku enggak mau tahu lagi, ini yang terakhir aku ingatkan kamu."